Konsep atau Pengertian Individu dan Masyarakat. Apa yang dimaksud Individu? Individu, merupakan konsep yang berasal dari bahasa Latin yaitu individum yang berarti yang tidak terbagi (individed). Tidak terbagi maksudnya adalah sebagai satuan makhluk hidup memiliki jiwa dan raga, fisik dan psikis. “Individu dapat digunakan untuk menunjuk seseorang manusia untuk dapat dibedakan dengan individu lainnya. Konsep individu berlaku umum, sebagai ganti menyatakan satu orang. Di dalam bahasa Inggris terdapat konsep person, berarti seseorang atau pribadi, karena person itulah yang memiliki personality atau kepribadian. Inilah yang membedakan seorang individu sebagai person dengan person lainnya. Individu sebagai person merupakan bagian terkecil atau anggota masyarakat.
Keluarga
adalah kelompok sosial yang paling penting oleh seorang individu. Keluarga yang
paling kecil disebut dengan keluarga inti, keluarga batih (somah) atau nuclear family,
yang terdiri dari seorang laki-laki (ayah), seorang perempuan (ibu) dan anak yang
belum menikah. Kelompok yang lebih besar adalah keluarga luas, extended family,
yaitu kelompok orang yang terikat hubungan perkawinan dan garis keturunan yang lebih
besar dari keluarga inti. Kelompok ini bisa berasal dari keluarga inti maupun tidak.
Keluarga luas yang berasal dari keluarga inti apabila terjadi perkawinan dari anak-anak
yang telah dewasa dan masih menetap bersama suami atau isteri dengan orang tuanya.
Keluarga luas yang tidak berasal dari hasil perkawinan adalah karena keluarga
inti tersebut bertambah keanggotaannya dengan datangnya anggota baru masuk menjadi
anggota keluarga tersebut, misalnya sebagai pembantu rumah tangga, sopir
keluarga dan lain sebagainya.
Menurut
Parsudi Suparlan, para ahli antropologi melihat keluarga sebagai suatu satuan sosial
terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial. Pendapat ini didasarkan
atas kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah suatu kesatuan kekerabatan yang juga
merupakan suatu tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi dan mempunyai
fungsi untuk berkembang biak, mensosialisasi dan mendidik anak dan menolong serta
melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua mereka yang telah
jompo.
Keluarga
inti maupun keluarga luas memiliki fungsi-fungsi yang sama. Secara tradisional peran
keluarga luas lebih dominan dibanding keluarga inti, karena adanya fungsi
kerjasama secara ekonomi yang lebih luas, dalam pengertian adanya kesatuan komunal
dengan kepemilikian dan ekonomi komunal pula. Namun seiring dengan perkembangan
masyarakat ke dalam masyarakat industri, keluarga inti menjadi lebih penting,
karena keluarga inti menjadi satuan ekonomi yang penting sebagai pengganti keluarga
luas dalam konteks komunal seperti cara-cara keluarga luas tradisional.
Di
dalam sistem kekerabatan, perkembangan dari keluarga inti dan keluarga luas adalah
terbentuknya kelompok keturunan yang disebut dengan lineage, seperti kaum pada
orang Minangkabau. Selanjutnya kelompok keturunan yang terbesar secara
antropologi disebut dengan clan atau klen, seperti suku pada orang Minangkabau dan
Mentawai, atau marga pada orang Batak. Kelompok keturunan – secara matrilineal,
patrilineal atau gabungan keduanya (bilineal) - ini masih kuat menjadi rujukan
dalam pembentukan identitas individu dan kelompok di dalam satu sukubangsa. Oleh
karena itu orang Batak pada umumnya menambahkan nama marga di belakang namanya.
Klen menjadi identitas ketiga setelah nama sukubangsa dan sebagai orang
Indonesia.
Identitas
sebagai orang Indonesia adalah identitas yang terbentuk sebagai warga negara. Identitas
ini melebihi identitas kesukubangsaan, identitas sebagai warga negara.
Dikatakan melebihi karena melingkupi banyak sukubangsa yang ada di Indonesia.
Keragaman kesukubangsaan inilah yang pokok persoalan dalam hubungan antar
sukubangsa. Di dalam konteks masyarakat Indonesia yang sangat beragam kesukubangsaan
ini bisa menimbulkan konflik karena saling tidak mengenal dari banyak sukubangsa
yang berbeda tersebut. Perbedaan (diversity) masih ditambah dengan perbedaan agama
dan ideologi yang bisa saja menimbulkan pandangan stereotipe dan menimbulkan stratifikasi
sosial yang tajam di dalam masyarakat.
Apa
yang dimaksud Masyarakat atau pengertian Masyarakat ? Sebelum menjelaskan lebih
jauh, labih baik jelas apa yang dimaksud dengan masyarakat (society). Konsep society
berasal dari bahasa Latin socious yang berarti teman atau kawan. Konsep ini
mengindikasikan bahwa yang namanya teman pastilah ada proses interaksi di antara
orang atau person yang berteman tersebut. Konsep masyarakat di dalam bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Arab, syaraka yang artinya berkumpul. Di dalam konsep
tersebut dapat dimengerti bahwa di dalam berkumpul tersebut pasti juga terjadi interaksi
antar person yang berkumpul tersebut. Inilah ciri dasar manusia sebagai makhluk
sosial, yang selalu membutuhkan dan adanya saling ketergantungan sesamanya di dalam
suatu kelompok. Kelompok yang saling berinteraksi yang dapat disebut sebagai
masyarakat apabila memiliki rasa identitas bersama sebagai bagian dari kelompok
tersebut. Satu poin lagi dari sebuah masyarakat adalah wilayah dimana kelompok tersebut
menetap. Itulah beberapa karakteristik dari kelompok manusia yang bisa dikatakan
sebagai masyarakat (society). Identitas kelompok suatu masyarakat tertentu dapat
tumbuh apabila individu-individu di dalamnya telah berinteraksi dalam waktu yang
lama di wilayah tertentu dan membentuk kesadaran sebagai bagian dari kelompok masyarakat
tersebut.
Dalam
kehidupan bermasyarakat sekarang kita dihadapkan bertemunya anggota masyarakat yang
berbeda-beda sukubangsa dan kebudayaan. Kehidupan masyarakat yang semakin terbuka
tidak membatasi orang dari berbagai sukubangsa dan kebudayaan untuk migrasi ke daerah
manapun di Indonesia. Di daerah pedesaan saja telah masuk berbagai sukubangsa yang
awalnya karena pekerjaan yang mengharuskannya masuk ke daerah tersebut dan
akhirnya menetap sebagai warga desa tertentu. Apalagi di daerah perkotaan, kehidupan
masyarakat yang sangat kompleks mengharuskan terjadinya hubungan antar
sukubangsa, baik secara pribadi maupun kelompok. Payung Bangun sudah menggambarkan
hubungan antar sukubangsa di kota Medan, berdasarkan hasil penelitian sendiri dan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Edward Bruner.
Berbagai
sukubangsa masuk ke kota untuk mendapat pendidikan dan pekerjaan, sehingga
keragaman kesukubangsaan, kebudayaan, agama dan ideologi lebih terasa di daerah
perkotaan dibanding daerah pedesaan. Kota memiliki daya tarik yang kuat bagi penduduk
untuk beradatangan dan menetap. Inilah yang kemudian memperlihatkan keragaman yang
langsung dirasakan oleh penduduk kota. Oleh karena itu dapat diasumsikan, semakin
maju sebuah kota, semakin beragam penduduknya. Maka kota-kota yang tumbuh di Indonesia
merupakan wilayah yang menjadi incaran dari berbagai sukubangsa, terutama yang dekat
wilayahnya dengan kota tersebut. Maka jadilah kota sebagai wilayah dengan corak
keragaman dan memperlihatkan hubungan antar sukubangsa.
Diferensiasi
Sosial dan Stratifikasi Sosial
Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial merupakan dua konsep dalam ilmu sosial terutama sosiologi yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat. Konsep diferensiasi menekankan perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara berbagai kelompok sosial. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan kesukubangsaan atau etnisitas, perbedaan agama, mata pencaharian atau pekerjaan, ras, ideologi dan lain sebagainya. Diferensiasi pada prinsipnya merupakan cara pandang yang menekankan perbedaan-perbedaan dari berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat tanpa melihat adanya kelompok yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Stratifikasi
sosial atau pelapisan sosial atau jenjang sosial pada sisi lain juga merupakan cara
pandang terhadap kelompok-kelompok yang berbeda di dalam masyarakat dengan penekanan
kepada adanya perbedaan atas lebih tinggi atau lebih rendah dari berbagai
kelompok sosial. Cara pandang yang membedakan atas strata tersebut sering berdasakan
kepada perbedaan secara ekonomi atau terhadap memiliki atau tidak memiliki.
Karl Marx yang terkenal dengan konsep ‘kelas’ yang terdiri dari borjuis dan
proletar karena perbedaan atas memiliki atau tidak memiliki faktor-faktor ekonomi
dan alat produksi yang menyebabkan munculnya eksploitasi dari kelas borjuis terhadap
proletar, yang menjadi sumber konflik. Di dalam agama Hindu juga dikenal adanya
stratifikasi berdasarkan kepada penggolongan orang yang justru didasari oleh agama
sehingga adanya penggolongan orang, tinggi dan lebih rendah. Cara pandang yang menempatkan
mata pencaharian tertentu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lainnya
dengan sendirinya menciptakan stratifikasi di dalam masyarakat. Departemen
Pendidikan di masa Orde Baru dan setelah Reformasi juga menciptakan cara pandang
yang menganggap pilihan peminatan kelompok mata pelajaran ilmu eksak lebih
tinggi dari mata pelajaran ilmu sosial. Sehingga siswa yang juara di kelas dikelompokkan
ke dalam kelompok ilmu eksak atau IPA. Di dalam kurikulum 2013 pandangan
stratifikasi ini coba dihilangkan dengan mensetarakan ilmu eksak dengan ilmu sosial
dan humaniora. Pilihan siswa adalah berdasarkan keinginan atau peminatan. Jadi stratifikasi
sosial diciptakan di dalam masyarakat atau perbedaan-perbedaan yang diciptakan masyarakat
itu sendiri. Koentjaraningrat menyatakan, di dalam hampir semua masyarakat di dunia
baik yang amat sederhana maupun yang amat kompleks sifatnya, dalam pergaulan antar
individunya, ada pembedaan kedudukan dan derajat (status).
Dalam
masyarakat-masyarakat yang kecil dan sederhana biasanya pembedaan kedudukan dan
derajat itu bersifat minimum, karena warganya sedikit dan individu-individu yang
dianggap tinggi juga tidak banyak macam dan jumlahnya. Dalam
masyarakat-masyarakat yang kompleks biasanya pembedaaan kedudukan dan derajat juga
bersifat kompleks, karena warganya banyak dan individu yang dianggap tinggi juga
banyak macam dan jumlahnya. Pembedaan kedudukan dan derajat terhadap individu-individu
di dalam masyarakat itulah yang menjadi dasar dan pangkal bagi gejala pelapisan
sosial atau social stratification yang ada dalam hampir semua masyarakat di
dunia.
Cara
pandang diferensiasi dan stratifikasi sosial ini jika tidak diapresiasi dengan
baik juga bisa menjadi pemicu konflik sebagaimana yang dinyatakan Karl Marx, sebagai
empu teoritisi konflik. Inilah yang penting diperhatikan di dalam melihat hubungan
antar sukubangsa di Indonesia, di samping masalah-masalah keragaman lainnya
yang akan diulas dalam tema-tema kuliah selanjutnya
0 Comments